Jawara Nasional, Argo Wakili Indonesia ke New Zealand
■ Ikuti The 2012 Microsoft Partners in Learning Asia Forum
Argo adalah satu dari 15 finalis diantara 80 karya layak seleksi yang terjaring dari seluruh Indonesia. Pengumuman dan penganugerahan hadiah kepada 4 pemenang dilaksanakan pada Kamis, 26 Januari 2012 di Taman Pintar Yogyakarta, bersamaan dengan kegiatan Peluncuran Zona Teknologi Informasi dan Komunikasi Mircrosoft.
Dalam ajang tersebut Argo dinobatkan sebagai salah satu pemenang dengan karyanya berupa game media pembelajaran, Multimedia Pembelajaran Interaktif (MPI): Game Interaktif Mengenal Alat Komunikasi dan Informasi. Tiga juara lainnya adalah Estu Pitarto dari SDI Al Azhar 14 Semarang sebagai juara Most Original, Dodik Isyantoro dari SMPN 3 Satu Atap Miri Jateng untuk kategori Most Innovative, dan Nura Uma Annisa dari KB-TK Islam Al Azhar22 Semarang untuk kategori Most Edutaining.
Selain mendapatkan sertifikat dan hadiah, ke-empat pemenang akan diberangkatkan ke Auckland, New Zealand (Selandia Baru), sebagai wakil Indonesia untuk mengikuti kompetisi serupa tingkat Asia Pasifik. Kegiatan yang dilaksanakan dalam rangkaian The 2012 Microsoft partners in Learning Asia Forum pada 20-22 Maret 2012 ini diperkirakan akan diikuti oleh 22 negara. Jika kembali menang, mereka dipastikan menjadi wakil Asia Pasifik, untuk mengikuti Global Forum yang akan diselenggarakan di Athena Yunani pada November 2012.
■ Kolaborasi
Ditemui usai menghadap Bupati Banyumas, menjelang keberangkatannya ke New Zealand, Kamis (8/3), Argo yang ditemani Sunaryo SPd mengakui keberhasilannya tidak diperoleh dari hasil kerja sendiri. Kesuksesannya juga merupakan hasil kolaborasi dengan rekannya Sunaryo, guru SD 4 Bancarkembar Purwokerto Utara, serta komunitas penggiat media pembelajaran berbasis IT “Ngapak” yang belum lama mereka bentuk.
Tentang kolaborasi ini pria asal Desa Sawangan Kecamatan Kebasen yang juga alumnus Jurusan Teknik Kimia UNDIP Semarang tahun 2004 tersebut bertutur, game yang dikirimkan sebagai materi lomba harus dilengkapi dengan bukti aplikasi di kelas berupa laporan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Argo bekerjasama dengan Sunaryo yang telah menggunakan game hasil karyanya dalam PTK untuk skripsi pada November 2009 hingga Maret 2010. PTK tersebut telah mengantarkan Sunaryo meraih gelar sarjananya di Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga pada tahun 2011.
Karena hasil PTK Sunaryo tergolong bagus, bahkan telah beberapa kali diikutkan dan memenangkan lomba karya ilmiah hingga tingkat provinsi, Argo mengajak Sunaryo untuk bekerjasama mengkolaborasikan game edukasi kreasinya dengan laporan PTK Sunaryo, sehingga karya mereka akhirnya memenangi lomba kreativitas guru tingkat nasional tersebut.
Sunaryo membenarkan keterangan Argo. Ia mengaku senang hasil penelitiannya turut mengantarkan rekannya meraih prestasi di tingkat nasional, bahkan akan mewakili Indonesia maju ke tingkat Asia Pasifik. “Ini bukan hanya prestasi Argo, tetapi juga prestasi saya, dan kami para anggota komunitas Ngapak, karena kerja keras ini juga tidak lepas dari dukungan teman-teman yang peduli dengan peningkatan kualitas pendidikan, khususnya melalui pemanfaatan IT dalam media pembelajaran” terangnya.
■ Kesamaan Keprihatinan Bidani Lahirnya “Ngapak”
Berkisah mengenai pertemuannya dengan Argo dan awal terbentuknya komunitas Ngapak, guru muda asal Desa Ledug Kecamatan Kembaran ini menceritakan, mereka pertama kali bertemu pada kegiatan Training of Trainer (TOT) pembuatan media pembelajaran yang diselenggarakan oleh Badan Pengembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan (BPTIKP) Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah di Semarang pada pertengahan 2011. Sejak itu mereka sering berkomunikasi, bertemu, bahkan beradu tanding di perlombaan-perlombaan desain media pembelajaran.
Menyadari adanya kesamaan keprihatian terhadap kualitas pendidikan di masing-masing daerah asalnya, dan kesamaan tujuan untuk peningkatan pembelajaran melalui sentuhan teknologi informasi, para alumnus pelatihan BPTIKP dari wilayah Barlingmascakeb bersepakat untuk membentuk sebuah komunitas sebagai wadah berkumpul dan berdiskusi, sehingga terbentuklah kelompok yang mereka namai “Ngapak”, mengambil salah satu istilah yang menggambarkan kekhasan dialek dan gaya bahasa di wilayah Banyumas dan sekitarnya.
Kini, komunitas yang beranggotakan 15 orang dan sementara bermarkas di kediaman Sunaryo di Desa Ledug RT 01/04 Kecamatan Kembaran tersebut mulai merencanakan dan melaksanakan berbagai kegiatan untuk memajukan pendidikan melalui pembuatan dan pemanfaatan media pendidikan berbasis teknologi IT.
■ Misi Besar
Mulai April tahun ini Ngapak akan menyelenggarakan workshop yang dimulai di Kabupaten Banyumas, dan nantinya akan diadakan secara bergilir di kabupaten-kabupaten lainnya. Pelatihan pertama ini diperuntukkan bagi para tutor Kelompok Kerja Guru (KKG) se-Kabupaten Banyumas. Alumninya kedepan diproyeksikan melek teknologi dan mampu mendesain media pembelajaran berbasis IT yang seragam dan dapat dimanfaatkan guna meningkatkan kualitas pendidikan di masing-masing daerah.
“Semua ini sebagai bentuk keprihatinan kami terhadap kondisi para guru yang rata-rata belum melek teknologi, dan wujud komitmen kami untuk turut mendukung program Dinas Pendidikan dalam meningkatkan kualitas pendidikan di daerah” kata Sunaryo. “Kami berharap langkah kecil kami ini menjadi sumbangsih yang nyata bagi upaya peningkatan kualitas pendidikan daerah” imbuhnya.
Senada, Argo mengatakan, “Meski baru berusia seumur jagung, Ngapak memiliki sebuah misi besar”. “Untuk Kabupaten Banyumas kami ingin membuat game-game pembelajaran yang lebih terjangkau, dengan konten-konten yang lebih menonjolkan nilai-nilai bahasa dan budaya Banyumasan” ungkap Argo. “Kami punya mimpi, dengan kerja keras, suatu saat game-game edukasi dari Banyumas mampu bersaing dengan karya daerah-daerah lain, bahkan dapat mendunia!” pungkasnya, diamini Sunaryo.■(sbr)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar Anda