Bupati Minta Beberapa
Kawasan di Banyumas Jadi Sawah Abadi
PURWOKERTO--Untuk melindungi eksistensi petani dan menjaga
ketersediaan pangan di Kabupaten Banyumas, Bupati Banyumas, Ir Achmad Husein
meminta beberapa kawasan di Kabupaten Banyumas dijadikan sawah-sawah abadi. Hal
ini, katanya didukung komitmen dari para petani pemilik lahan untuk tidak
menjual sawah-sawah milik mereka dengan alasan apapun, termasuk untuk perumahan
dan kawasan industri.
Bupati Achmad Husein memberikan pengarahan kepada para petani |
Demikian ditegaskannya saat membuka Sosialisasi
Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPTT) Kabupaten Banyumas Tahun
2013, Senin (29/4) di Gedung KORPRI Kabupaten Banyumas.Acara diikuti oleh 500
petugas dan ketua kelompok tani di Kabupaten Banyumas, dan dihadiri antara lain
oleh kepala dinas/instansi terkait, penyuluh pertanian dan mitra-mitra
pertanian di Kabupaten Banyumas.
Bupati Achmad Husein menjelaskan, hal ini demi menjaga ketersediaan pangan di Kabupaten Banyumas, karena kedepan dimungkinkan jumlah penduduk Banyumas akan terus bertambah, sehingga Banyumas tetap bisa berswasembada pangan. Lagipula, katanya, saat petani menjual sawahnya, maka statusnya sebagai petani hilang, berganti menjadi buruh.
Achmad Husein bahkan merencanakan, kedepan akan membuat aturan agar sawah-sawah irigasi teknis di Kabupaten Banyumas dijadikan sawah abadi, yang tidak boleh dialihfungsikan dengan alasan apapun, kecuali untuk kepentingan negara, itupun harus dengan persetujuan dari bupati dan gubernur.
Secara khusus Husein juga mengingatkan para petani di Kabupaten Banyumas untuk waspada dan melakukan langkah-langkah antisipasi terkait ketersediaan air utamanya untuk keperluan pertanian, karena musim kemarau diyakini datang lebih awal. Musim kemarau yang biasanya mulai sekitar bulan Juni diperkirakan akan datang sebulan lebih awal.
Husein meminta kepada para petani, khususnya di daerah-daerah lahan pertanian non-teknis yang mengandalkan curah hujan, agar melakukan upaya-upaya antisipasi agar ketersediaan air dapat terjaga, sehingga petani tetap dapat melakukan tanam dan hasilnya tetap baik. Dia juga berjanji akan berkoordinasi dengan jajaran dinas/instansi terkait mengenai kemungkinan pemanfaatan teknologi untuk menaikkan air Sungai Serayu guna mengaliri lahan-lahan sawah di kanan kirinya.
Husein menekankan tentang pentingnya pengairan, karena menurutnya air adalah salah satu bagian terpenting dari keberhasilan pertanian sebelum kemudian benih dan pupuk. Bukti keseriusan ini juga diwujudkan dengan janji bupati untuk menambahkan anggaran lebih besar pada APBD yang menyangkut masalah air dan irigasi teknis pertanian di Kabupaten Banyumas.
Di akhir sambutannya Husein berpesan kepada para petani di Kabupaten Banyumas agar bekerja keras dengan sungguh-sungguh, dan tidak menyia-nyiakan setiap jengkal tanah yang mereka miliki. Dia meminta agar lahan-lahan tersebut dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk meningkatkan kesejahteraan para petani dan masyarakat Banyumas umumnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan (Dinpertanbunhut) Kabupaten Banyumas, Ir Widarso MM menjelaskan, SLPTT merupakan kegiatan yang dibiayai dari Dana Tugas Pembantuan APBN, dalam rangka mendukung program nasional peningkatan surplus beras 10 juta ton tahun 2014. Tujuannya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat khususnya di Kabupaten Banyumas.
Widarso merinci, kegiatan SLPTT di Kabupaten Banyumas untuk tahun 2013 ini meliputi SLPTT padi non Hibrida seluas 10.000 hektar yang melibatkan 350 kelompok tani, SLPTT padi lahan kering 2.000 hektar 72 kelompok tani, SLPTT jagung Hibrida 1.000 hektar 74 kelompok tani, dan SLPTT kedelai seluas 2.000 hektar 122 kelompok tani.
Untuk padi non Hibrida, varietas yang ditanam meliputi Logawa, Situbagendit, Ciherang, IR 64, Mekongga dan Sidenok. Lokasinya di 10 kawasan meliputi kawasan I (Tambak, Sumpiuh), II (Kebasen, Kemranjen), III (Somegede, Banyumas, Patikraja), IV (Kalibagor, Sokaraja, Purwokerto Barat, Purwokerto Selatan, Purwokerto Timur, Purwokerto Utara), V (Rawalo, Purwojati), VI (Jatilawang, Wangon), VII (Lumbir, Gumelar), VIII (Ajibarang, Pekuncen), IX (Cilongok, Karanglewas, dan X (Sumbang, Kembaran, Baturraden, Kedungbanteng).
Untuk padi lahan kering, varietas yang ditanam adalah IR 64, Situbagendit, dan Ciherang. Sedangkan jagung Hibrida yang dikembangkan di 2 kawasan yaitu kawasan I (Sumbang, Kembaran, Baturraden, Kalibagor, Sokaraja) dan II (Wangon, Lumbir, Gumelar, Purwojati, Rawalo, Jatilawang) menggunakan benih varietas Bisi 2, Bisi, P 21, Pioneer dan Bisi 816. Sementara kedelai dibudidayakan di 4 sentra, yaitu sentra I (Lumbir, Wangon, Gumelar), sentra II (Jatilawang, Rawalo, Purwojati), sentra III (Kalibagor, Banyumas, Sokaraja), dan sentra IV (Kebasen, Somagede).
Guna mendukung pelaksanaan program SLPTT di Kabupaten Banyumas, kata Widarso, beberapa hal yang harus dilakukan antara lain : peningkatan peran kelembagaan pertanian sampai di tingkat desa, dan masyarakat petani supaya mempersiapkan musim tanam April-September 2013 dengan sebaik-baiknya.
Selain itu para petani juga harus selalu melakukan pengamatan terhadap organisme pengganggu tanaman (OPT) secara dini serta pengendalian OPT secara terpadu. Tidak kalah penting, perubahan iklim dan antisipasi dampaknya sebagai upaya pengamanan produksi juga harus dicermati secara bijaksana.■(sbr)
Bupati Achmad Husein menjelaskan, hal ini demi menjaga ketersediaan pangan di Kabupaten Banyumas, karena kedepan dimungkinkan jumlah penduduk Banyumas akan terus bertambah, sehingga Banyumas tetap bisa berswasembada pangan. Lagipula, katanya, saat petani menjual sawahnya, maka statusnya sebagai petani hilang, berganti menjadi buruh.
Achmad Husein bahkan merencanakan, kedepan akan membuat aturan agar sawah-sawah irigasi teknis di Kabupaten Banyumas dijadikan sawah abadi, yang tidak boleh dialihfungsikan dengan alasan apapun, kecuali untuk kepentingan negara, itupun harus dengan persetujuan dari bupati dan gubernur.
Secara khusus Husein juga mengingatkan para petani di Kabupaten Banyumas untuk waspada dan melakukan langkah-langkah antisipasi terkait ketersediaan air utamanya untuk keperluan pertanian, karena musim kemarau diyakini datang lebih awal. Musim kemarau yang biasanya mulai sekitar bulan Juni diperkirakan akan datang sebulan lebih awal.
Husein meminta kepada para petani, khususnya di daerah-daerah lahan pertanian non-teknis yang mengandalkan curah hujan, agar melakukan upaya-upaya antisipasi agar ketersediaan air dapat terjaga, sehingga petani tetap dapat melakukan tanam dan hasilnya tetap baik. Dia juga berjanji akan berkoordinasi dengan jajaran dinas/instansi terkait mengenai kemungkinan pemanfaatan teknologi untuk menaikkan air Sungai Serayu guna mengaliri lahan-lahan sawah di kanan kirinya.
Husein menekankan tentang pentingnya pengairan, karena menurutnya air adalah salah satu bagian terpenting dari keberhasilan pertanian sebelum kemudian benih dan pupuk. Bukti keseriusan ini juga diwujudkan dengan janji bupati untuk menambahkan anggaran lebih besar pada APBD yang menyangkut masalah air dan irigasi teknis pertanian di Kabupaten Banyumas.
Di akhir sambutannya Husein berpesan kepada para petani di Kabupaten Banyumas agar bekerja keras dengan sungguh-sungguh, dan tidak menyia-nyiakan setiap jengkal tanah yang mereka miliki. Dia meminta agar lahan-lahan tersebut dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk meningkatkan kesejahteraan para petani dan masyarakat Banyumas umumnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan (Dinpertanbunhut) Kabupaten Banyumas, Ir Widarso MM menjelaskan, SLPTT merupakan kegiatan yang dibiayai dari Dana Tugas Pembantuan APBN, dalam rangka mendukung program nasional peningkatan surplus beras 10 juta ton tahun 2014. Tujuannya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat khususnya di Kabupaten Banyumas.
Widarso merinci, kegiatan SLPTT di Kabupaten Banyumas untuk tahun 2013 ini meliputi SLPTT padi non Hibrida seluas 10.000 hektar yang melibatkan 350 kelompok tani, SLPTT padi lahan kering 2.000 hektar 72 kelompok tani, SLPTT jagung Hibrida 1.000 hektar 74 kelompok tani, dan SLPTT kedelai seluas 2.000 hektar 122 kelompok tani.
Untuk padi non Hibrida, varietas yang ditanam meliputi Logawa, Situbagendit, Ciherang, IR 64, Mekongga dan Sidenok. Lokasinya di 10 kawasan meliputi kawasan I (Tambak, Sumpiuh), II (Kebasen, Kemranjen), III (Somegede, Banyumas, Patikraja), IV (Kalibagor, Sokaraja, Purwokerto Barat, Purwokerto Selatan, Purwokerto Timur, Purwokerto Utara), V (Rawalo, Purwojati), VI (Jatilawang, Wangon), VII (Lumbir, Gumelar), VIII (Ajibarang, Pekuncen), IX (Cilongok, Karanglewas, dan X (Sumbang, Kembaran, Baturraden, Kedungbanteng).
Untuk padi lahan kering, varietas yang ditanam adalah IR 64, Situbagendit, dan Ciherang. Sedangkan jagung Hibrida yang dikembangkan di 2 kawasan yaitu kawasan I (Sumbang, Kembaran, Baturraden, Kalibagor, Sokaraja) dan II (Wangon, Lumbir, Gumelar, Purwojati, Rawalo, Jatilawang) menggunakan benih varietas Bisi 2, Bisi, P 21, Pioneer dan Bisi 816. Sementara kedelai dibudidayakan di 4 sentra, yaitu sentra I (Lumbir, Wangon, Gumelar), sentra II (Jatilawang, Rawalo, Purwojati), sentra III (Kalibagor, Banyumas, Sokaraja), dan sentra IV (Kebasen, Somagede).
Guna mendukung pelaksanaan program SLPTT di Kabupaten Banyumas, kata Widarso, beberapa hal yang harus dilakukan antara lain : peningkatan peran kelembagaan pertanian sampai di tingkat desa, dan masyarakat petani supaya mempersiapkan musim tanam April-September 2013 dengan sebaik-baiknya.
Selain itu para petani juga harus selalu melakukan pengamatan terhadap organisme pengganggu tanaman (OPT) secara dini serta pengendalian OPT secara terpadu. Tidak kalah penting, perubahan iklim dan antisipasi dampaknya sebagai upaya pengamanan produksi juga harus dicermati secara bijaksana.■(sbr)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar Anda